Matinya Seorang Aktipis



Pada pukul 13.42 wib, tanggal 14 Desember tahun tidak diketahui, telah berpulang keRahmatullah : Escobar, salah satu putra terbaik di daerah Kebun Handil Kota Jambi, seorang aktipis dan pejantan yang tangkas, jatuh dari pohon kelapa 13 meter, Tidak ada jejak penganiayaan, ataupun masalah psikis yang mendorong pada motif bunuh diri, jadi murni akibat kecelakaan. Namun tetap dilakukan rekonstruksi karena keraguan serius, kenapa maestro sekelas Escobar bisa terpeleset dari tangkai pelepah. Apakah dia terkejut? digigit kerenggo? disengat tawon? petir arus pendek? atau kesurupan? masih misteri, No one knows.


Samosir selaku induk semangnya begitu terpukul karena kematiannya. Bagaimanapun juga Samosir harus meneruskan roda bisnisnya, Escobar mati, tapi harus dicari gantinya. Masih dalam masa berkabung (7 harian) dia pergi ke pasar Rombeng hingga ke perbatasan Mesjid Raya di sektor pasar Angso Duo Jambi. Dia mampir pada salah satu outlet penjualan aktipis, dan terpukau melihat beberapa spesies yang mampu ia rekrut sebagai suksessor Escobar. Di dalam kandang ia lihat ada tiga aktipis sedang mencari kutu.

"Mas, yang satu ini berapa harganya? Samosir menunjuk seekor didalam kandang yang kelihatan paling kekar
"50 ribu" balas si penjual
"Mahal kali, ah! kemaren cuma 30 ribu" Samosir agak tercekat.
"yang ini plus Lae, bisa ngamen juga" si penjual tak mau kalah, "hare gene aktipis 30 ribu?".
"Ah aku tak butuh pengamen" samosir beralih ke aktipis disebelahnya dengan postur lebih kecil dan pendek, "Naaa, yang ini berapa Mas?"
"Yang itu 100 ribu Lae"
"Bah!, gimmana pulak cara kau berdagang?" makin geram Samosir
"Yaeyallah,.. yang itu bisa mencopet Lae" sambut si penjual setengah berbisik.

makin penasaran Samosir, dibukanyalah topi koboi yang ia pakai, yang jelas bujet untuk mendapatkan aktipis tidak boleh lebih dari 40 ribu, karena menurut analisa kecenderungan pasar, kenaikan harga seharusnya tidak lebih dari 50 persen, walaupun sekarang krisis global. Segawat-gawatnya perekonomian, aktipis tetap berada di level "best buy of the year".

"Sini kau, aku mau liat proposal kau" samosir melirik ke company profile si penjual. Setelah ia bolak-balik halaman proposal itu, dengan agak ceria dia menunjuk ke salah satu halaman "aaaaah, yang ini mauku, ini, INI!!" Samosir memperlihatkan profil aktipis paling kurus, dan ia lihat ke kandang memang ada, aktipis yang duduk paling pojok, bahkan hampir sulit dikenali, dan tampangnya sangat inferior (melankolis).
"Ooo yang itu" si penjual angguk kepala, dia diam 10 detik "hmm..itu 200 ribu"
"Stupid Ass God Damn Motha Fucka!!!" serapah Samosir menggeledek "Hanoman model itu kau banderol 200 ribu? Fosil nenek Pithecantropus pun tak mau satu kuburan dengan dia"

"Baca disitu dodol!!" si penjual yang mendidih lantas merampas proposal di tangan Samosir, dengan agak digagah-gagahkan ia membacakan keras-keras statement dalam proposal: "spesimen 0175A, Kemampuan Tidak Diketahui, Tidak terlatih, Pemalas, Kurapan dan Sangat Pendiam, tapi kedua aktipis di dalam kandang memanggil dia "B.O.S.S" !!!.

Klik iko hah, kalo nak lengkap nian..

Sawit? Enak Gila!



Hati-hati dengan sawit! itu benar, banyak orang Jambi yang sinting gara-gara sawit. oh really? penelitian baru-baru ini mengungkapkan bahwa sawit mengandung zat haematoporfirin yang bisa bikin orang jingkrak-jingkrak bila terkena sinar ultraviolet, ini hipotesa profesor Langlinglung, bercandah kah saya? iya tapi setengah. DIlihat dari penerawangan saya selama satu dekade ini, banyak kesintingan yang terjadi seputar sawit antara lain:


Program Sawit sejuta hektar

ketika Gubernur Jambi yang baru terpilih tahun 2000 Zulkifli Nurdin mencanangkan program sawit sejuta hektar. Mendadak sejumlah dosen tersengat, investor mengerutkan jidat, aktivis lingkungan mengumpat, petani karet kiamat. Kata dosen: "penanaman lahan dengan pola monokultur akan membentuk profil tanah yang miskin hara, blablabla..."
Kata pebisnis: "infrastruktur Jambi belum siap untuk agribisnis skala raksasa, selain resiko biaya tinggi, pungli, transportasi, blablabla..."
Kata aktivis lingkungan: " sawit sama saja dengan eukaliptus, tanaman rakus yang kalo udah tertanam maka tanah itu bakalan sial karena gak bisa lagi ditanam yang laen, blablabla..."
Kata Petani Karet: "gue yang punya tanah kok kalian yang ngatur apa yang musti gue tanam? periuk nasi kami selama ini dari nyadap getah, trus kalo diganti sawit, trus gagal, lo mau tanggung jawab ganti rugi? blablabla..." Kesimpulannya saat itu heboh, ribut, keruh, kerana sebuah skenario sinting Paranoia yang entah siapa tim penyusun master-plan operasi itu.

Konversi Lahan Besar-besaran

Lima tahun berjalan, ternyata nilai jual sawit bikin ngiler investor, maka berbondong-bondong kawanan belalang masuk ke Jambi, sambil membawa duit, proposal, peta, dan perantara hingga penerjemah. Yang udah duluan nyicip panen sawit berpesta pora, harga tanah meroket, Kebun karet melanting. Pengusaha CPO, pemilik lahan maupun petani berkipas pake duit. Hobi mereka beralih ke shopping, segala bisa dibeli: rumah, mobil, sampe bini. Kesintingan berubah bentuk, Euphoria (overclock)

Terjun Bebas (Free Fall)

Bedanya terjun yang satu ini tanpa parasut, Kemelut pasar modal di Amerika penghujung tahun 2008 merontokkan performa ekonomi dunia, panik melanda eksportir, termasuk sawit. Harga TBS dan CPO jatuh ke level yang tidak bisa ditanggung orang berakal. "Unbelievable, sawit roboh dengan sekali pukulan. Pesta belum usai, tapi sang DJ terkapar pingsan. Diduga demonstrasi besar-besaran petani sawit dalam beberapa gelombang mengakibatkan Kadisbun ditendang. Cakar mencakar siapa menyalahkan siapa, ujung-ujungnya masuk rumah sakit jiwa, akibat "Show must go on!" dan jatuhlah sawit seperti jatuhnya Adam Air (kejeblogs). Kesintingan naik ke level tertinggi menjadi "Sinting sebenar-benarnya sinting". Mereka kini berstatus pasien gangguan jiwa (bad sector), Masya Allah. Solusi: RSJ Jambi harus menyediakan bangsal tambahan "korban sawit".

Klik iko hah, kalo nak lengkap nian..

Angso Duo Nasibmu Getir



Angso a.k.a Angsa adalah ikon kota Jambi, secara historis lebih dikenal Angso Duo / Angsa Dua (ato bhs hinggrisnya "Double Swan", eit-eit, mohon jangan didramatisir ke merek pakaian dalam). Angso Duo gak ada sangkut paut dengan Core 2 Duo pun dual core. Asal usul Angso Duo boleh dibilang hanya berupa legenda yang pembuktiannya dikawatirkan bakal setengah ngawur. Belum ada observasi ilmiah mengenai Angso Duo, karena objeknya pasti sudah terkubur, entah "dimaaaanaakah kubuuurnya" (gaya asep irama; kok ngedungdat yah?).


Angso duo dulu, konon, adalah sepasang angsa jantan-betina yang dilepas putri pinang masak dari uluan sungai batanghari, yang sedang dikejar-kejar tentara majapahit karena kerajaan pagaruyung mau bercerai dari majapahit. Dalam pelariannya, dia melepas sepasang angsa dengan maksud, bila angsa itu berhenti, berarti disanalah dia harus bangun istana baru. Kenapa dia melepas angsa? kenapa bukan buaya? mana saya tau, silakan tebak sendiri.

haah, ruwet kalo ditelusuri sejarahnya, silakan lihat Angso Duo kini, telah menjelma menjadi Landmark Ekonomi Jambi, sebagai Pasar tradisional terbesar di Jambi. Roda perekonomian rakyat Jambi bersumbu dari Angso duo, mulai dari jengkol, asbak, ember, lontong,....trus terong, cendol, servis gigi rusak, hingga pertahanan sipil ada disana (apa hubungannya ya,,,entahlah)


Wajah Angso duo, identik dengan kaum urban, tapi itu menjadi ciri khas dan lambang supremasi ekonomi rakjat. sekarang keberadaannya terancam dengan mall-mall yang berdiri sombong disebelahnya, dan tinggal menunggu waktu, pasar dengan reputasi tinggi ini bakal dibuldoser demi alasan keindahan kota. Kalau hal itu terjadi, bisa-bisa Putri Pinang Masak bangkit dari kuburnya, hiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii (maaf bukan suara Kunti).

Yang jadi pertanyaan sekarang, gimana nasib Angso Duo kalau relokasi benar-benar terjadi? fiftty-fifty, apakah mau dicor jadi monumen Angsa Dua raksasa? atau dijadikan taman Angsa Pacaran? mana saya tau, silakan tebak sendiri. Daaah

Klik iko hah, kalo nak lengkap nian..